Data dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebutkan bahwa jumlah kecelakaan kereta api di Indonesia dari tahun 2007 hingga awal tahun 2024 sebanyak 100 peristiwa. Peristiwa terbaru kecelakaan kereta api pada Ahad, 14 Januari 2024 yaitu anjloknya Kereta Api (75A) Pandalungan di Emplasemen Stasiun Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur. Jauh sebelumnya pada pada tanggal 25 Desember 1944, 200 orang tewas dan 250 orang terluka ketika kereta api kehilangan rem di Lembah Anai, Padangpanjang, Sumatera Barat. Karena banyaknya korban dan sulitnya penguburan, maka dibuat kuburan massal dan sebuah Tugu Kecelakaan Kereta Api Padang Panjang. Data ini menunjukkan bahwa kecelakaan kereta api telah mengakibatkan banyak kerugian baik materiil maupun immateriil.
Kecelakaan kereta api yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir merupakan tantangan dan pelajaran berharga dalam mengatasi bencana di sektor perkeretaapian dengan mempertimbangkan berbagai faktor. Seluruh stakeholders harus terintegrasi untuk mengurangi risiko dan kecelakaan perkeretaapian yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 69 Tahun 2018, KAI telah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan Perkeretaapian (SMKP), tetapi jumlah kecelakaan kereta api tetap tinggi setiap tahunnya. Untuk menjamin keamanan dan kualitas operasional kereta api di Indonesia, prosedur dan aturan yang berlaku harus dipatuhi.
Manajemen bencana yang komprehensif juga perlu diterapkan pada segmen sarana dan prasarana perkeretaapian yang berisiko tinggi. Saat ini, manajemen kebencanaan yang diterapkan pada lingkungan perkeretaapian masih menggunakan paradigma lama yaitu manajemen bencana yang sifatnya responsif sehingga diharapkan dapat berubah ke arah paradigma baru yang sifatnya preventif. Komitmen dalam mewujudkan zero accident dan keselamatan perjalanan kereta api diperlukan sebagai langkah mitigasi bahaya serta mencapai keamanan perjalanan kereta api. Memperhatikan isu penting tersebut, Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM bekerjasama dengan Masyarakat Perkeretaapian (MASKA) Indonesia menginisiasi webinar dengan topik “Tapak Tilas Tragedi Perkeretaapian di Indonesia sebagai Tantangan Sektor Transportasi yang Aman dan Selamat”. Acara diselenggarakan secara daring melalui aplikasi zoom dan kanal Youtube streaming Pustral UGM pada hari Kamis, 25 Januari 2024 pukul 08.45 – 11.00 WIB.
Webinar dibuka oleh Kepala Pustral UGM Ir. Ikaputra, M.Eng., P.hD yang berharap bahwa webinar ini dapat dijadikan sebagai media diskusi para stakeholders mengenai bagaimana perkeretaapian di Indonesia dapat berjalan lancar, aman, dan selamat di masa yang akan mendatang.
Narasumber webinar adalah Dr. Ir. Hermanto Dwiatmoko, MSTr, IPU., ASEAN Eng yang merupakan Ketua Umum Masyarakat Perkeretaapian Indonesia (MASKA). Hermanto di awal sesi menyampaikan beberapa kejadian kecelakaan kereta api yang pernah terjadi di Indonesia. Keselamatan Perkeretaapian menjadi ujung tombak dari bisnis perkeretaapian, apapun baiknya pelayanan penumpang kereta api, tidak ada gunanya apabila tidak selamat. Kecelakaan kereta api dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain kelalaian awak sarana perkeretaapian (masinis) karena melanggar sinyal yang seharusnya berhenti, kelalaian Petugas Pengatur Perjalanan KA (PPKA) dalam mengatur perjalanan kereta api, dan kereta api tidak dapat berhenti karena sarana perkeretaapian tidak laik dan sulit dihentikan oleh masinis. Selain itu, penyebab kecelakaan juga dapat bersumber dari sinyal yang tidak bekerja dengan baik karena tidak terlihat oleh masinis sehingga mengakibatkan terlambat mengurangi kecepatan kereta api, masinis yang tidak berkosentrasi atau tertidur sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, serta kereta api berhenti di stasiun namun belum bebas benar (tidak prepal) sehingga ruang bebas tidak dipenuhi.
Pada akhir paparan, Hermanto menyampaikan hal-hal penting yang harus dilakukan semua stakeholders perkeretaapian untuk meningkatkan keselamatan kereta api yaitu penyempurnaan regulasi (UU, PP, Permenhub), peningkatan kelaikan operasi prasarana dan sarana perkeretaapian, penyempurnaan Sistem dan Prosedur Operasi (SOP), penggunaan Teknologi Perkeretaapian (ATP, ATO dll), peningkatan kompetensi SDM Perkeretaapian melalui pelatihan dan bimbingan teknis, pembangunan perlintasan tidak sebidang (underpass/flyover), serta sosialisasi keselamatan kepada masyarakat dan petugas kereta api.
Webinar disambut dengan antusias oleh sekitar 600 peserta yang berasal dari pemerintah pusat dan daerah, BUMN, praktisi, akademisi, dan masyarakat umum. Para peserta terlibat aktif dalam diskusi yang dipandu moderator Jan Prabowo Harmanto., S.Si., M.Si. dari Pustral UGM. (HLT/SDD/DAK)