Taksi terbang merupakan inovasi dalam bidang transportasi udara yang mulai menarik perhatian global, termasuk di Indonesia. Salah satu proyek besar yang akan membawa teknologi ini adalah rencana pengoperasian taksi terbang di Ibu Kota Nusantara (IKN). Teknologi ini menawarkan solusi untuk mengatasi kemacetan lalu lintas, terutama di kota-kota besar. Dengan menggunakan sistem multicopter, taksi terbang yang ramah lingkungan ini diharapkan dapat menjadi alternatif transportasi yang efisien dan berkelanjutan.
Di Indonesia, pengembangan taksi terbang tidak hanya berfokus pada aspek teknologi, tetapi juga pada persiapan regulasi dan infrastruktur yang mendukung. Kolaborasi dengan perusahaan luar negeri, seperti Volocopter, menjadi langkah penting dalam memastikan implementasi teknologi ini sesuai dengan standar internasional. Selain itu, pemerintah juga harus memastikan bahwa pengoperasian taksi terbang ini dapat diakses secara inklusif oleh masyarakat luas, bukan hanya oleh kalangan tertentu.
Namun, pengembangan ini menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah penyediaan landasan vertikal (vertiport) di kawasan urban yang padat. Selain itu, tingkat penerimaan masyarakat terhadap teknologi baru ini juga memerlukan sosialisasi yang masif. Regulasi terkait keamanan penerbangan dan integrasi dengan sistem transportasi yang sudah ada juga menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
Dengan berbagai potensi dan tantangan yang ada, taksi terbang diyakini mampu merevolusi sistem transportasi di Indonesia. Teknologi ini tidak hanya akan mengurangi kemacetan, tetapi juga membuka akses ke daerah-daerah yang sebelumnya sulit dijangkau. Keberhasilannya akan sangat bergantung pada kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam mendukung pengembangannya.
Untuk mengkaji lebih lanjut mengenai taksi terbang dan pengembangannya di Indonesia, Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) Universitas Gadjah Mada mengadakan webinar bertajuk Langit Sebagai Jalan Raya Baru: Taksi Terbang dan Pengembangannya di Indonesia. Webinar ini dilaksanakan pada hari Rabu, 4 Desember 2024, pukul 08.45 – 11.30 WIB. Acara dibuka oleh Ir. Ikaputra, M.Eng., Ph.D., selaku Kepala Pustral UGM. Beliau menyampaikan bahwa tema ini sangat relevan dengan tantangan dalam transformasi transportasi modern. Taksi terbang tidak hanya menawarkan solusi kemacetan di kota-kota besar, tetapi juga membuka peluang besar untuk transportasi yang efisien, ramah lingkungan, dan mendukung pengembangan wilayah terpencil, termasuk Ibu Kota Nusantara (IKN).
Pembicara pada webinar ini adalah Prof. Dr. Ir. Gesang Nugroho, S.T., M.T., IPM, Dosen Departemen Teknik Mesin dan Teknik Industri, Fakultas Teknik UGM, yang dilanjutkan oleh pembicara kedua, M. Rizal Lubis, selaku Inspektur Navigasi Penerbangan, Direktorat Navigasi Penerbangan, Kementerian Perhubungan.
Prof. Gesang dalam paparannya menyampaikan bahwa keberadaan passenger drone sebagai taksi terbang diperlukan karena beberapa alasan, antara lain tingginya kepadatan jalan akibat tingginya kepemilikan kendaraan bermotor, banyaknya wilayah terpencil yang sulit diakses oleh alat transportasi eksisting, dan kebutuhan untuk penanganan darurat seperti ambulans yang sering terjebak kemacetan. Drone Penumpang adalah kendaraan terbang otonom yang dirancang untuk mengangkut penumpang, sementara AAV (Autonomous Aerial Vehicle) merujuk pada kendaraan udara yang sepenuhnya otonom, tidak memerlukan pengemudi, dan dapat digunakan untuk berbagai aplikasi, termasuk mengangkut penumpang, pengiriman barang, serta pemantauan udara.
Dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya kemacetan di kota-kota besar, drone penumpang atau AAV dapat menjadi solusi transportasi masa depan yang efisien dan ramah lingkungan. Tantangan untuk AAV di Indonesia adalah bahwa pengoperasian AAV untuk pengangkutan penumpang belum diatur secara khusus. Regulasi terkait penerbangan otonom dan pengaturan ruang udara perkotaan perlu dikembangkan agar AAV dapat beroperasi secara aman di Indonesia. Selain itu, perhatian juga perlu diberikan pada potensi ancaman terhadap sistem kontrol drone dan peretasan sistem otonom. Infrastruktur untuk tempat pendaratan AAV di kota besar masih sangat terbatas, dan biaya pengembangannya juga masih cukup tinggi.
Namun demikian, potensi pengembangan taksi udara cukup menjanjikan di masa mendatang. Dari sisi transportasi, taksi udara dapat berperan dalam pengurangan kemacetan, transportasi ramah lingkungan, khususnya yang berbasis listrik, serta penyediaan transportasi cepat dan nyaman. Selain itu, terdapat potensi ekonomi, antara lain pengembangan industri baru dalam teknologi, infrastruktur udara, serta pekerjaan terkait, seperti teknisi drone, pengembang perangkat lunak, dan lainnya. Taksi udara juga dapat berperan dalam peningkatan pariwisata serta menjadi sarana transportasi untuk daerah terpencil.
Rizal Lubis, selaku pembicara berikutnya, menyampaikan bahwa perkembangan Advanced Air Mobility (AAM) dan Urban Air Mobility (UAM) di Indonesia semakin penting seiring dengan meningkatnya penggunaan kendaraan udara tanpa awak (UAV) di lingkungan perkotaan. AAM merujuk pada penggunaan UAV untuk berbagai aplikasi, sedangkan UAM khusus untuk operasional di area perkotaan. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (DJPU) sedang menyusun regulasi yang sesuai dengan kemajuan teknologi ini, termasuk pedoman operasional dan standar keselamatan untuk memastikan integrasi UAV dalam sistem penerbangan nasional.
Untuk mendukung pengembangan AAM, DJPU fokus pada beberapa aspek kunci, seperti kerangka regulasi, manajemen keselamatan, dan pengembangan infrastruktur. Salah satu inisiatif yang diusulkan adalah pembentukan lingkungan uji coba (sandbox) untuk proyek percontohan yang dapat menguji teknologi baru. Selain itu, DJPU juga berupaya menjalin kerja sama dengan kelompok kerja internasional untuk menyelaraskan standar dan praktik dalam pengoperasian UAV, sehingga Indonesia dapat memanfaatkan potensi AAM secara efektif sambil menjaga keselamatan dan integritas operasional di ruang udara.
Sejak Agustus 2024, telah dilakukan berbagai kegiatan untuk pengembangan taksi terbang, di antaranya identifikasi dan seleksi lokasi pilot project (26 Agustus 2024), focus group discussion dengan stakeholder (30 Agustus 2024), survei lokasi pilot project oleh tim (7 September 2024), penyusunan peraturan untuk pembentukan sandbox (26 September 2024), public hearing & kunjungan proyek percontohan (25 Oktober 2024), serta kegiatan lain yang masih akan terus dikembangkan di masa mendatang.
Webinar ini dihadiri oleh sekitar 300 peserta, yang terlibat aktif dalam diskusi yang dimoderatori oleh Ir. Hendra Edi Gunawan, S.T., M.Sc., IPM, Peneliti Pustral UGM. Hasil dari webinar ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam bahwa passenger drone memiliki potensi besar sebagai solusi transportasi masa depan yang efisien, aman, dan ramah lingkungan. Teknologi ini menawarkan jawaban atas tantangan urbanisasi dan kebutuhan mobilitas yang semakin kompleks, terutama di wilayah perkotaan yang padat. Namun, untuk mewujudkan visi ini, diperlukan pengembangan regulasi yang mendukung, peningkatan infrastruktur, dan penyempurnaan teknologi. (Tim Diklat dan Seminar/SDD)