Pustral UGM berpartisipasi dalam 70 Years of Indonesia – Austria Partnership

Wina adalah kota layak huni di dunia pada tahun 2024, rekor yang dipegang kota ini sejak tahun 2018. Jakarta adalah ibu kota Indonesia, beserta aglomerasi perkotaannya adalah rumah berpenduduk lebih dari 30 juta jiwa, menjadikannya salah satu megapolitan dunia. Pembangunan ibu kota baru Indonesia Nusantara merupakan langkah signifikan menuju kehidupan perkotaan yang berkelanjutan di Indonesia. Dengan memprioritaskan mobilitas perkotaan yang berkelanjutan, kota ini bertujuan untuk mengurangi jejak karbonnya, meningkatkan kualitas udara, dan meningkatkan kualitas hidup penduduknya secara keseluruhan. Seiring kemajuan Nusantara dari konsep hingga implementasi, Nusantara diharapkan berfungsi sebagai laboratorium hidup untuk solusi perkotaan yang inovatif dan cetak biru untuk kota-kota masa depan di seluruh dunia.

Dari kisah ketiga kota tersebut, terlepas dari tantangan yang harus dihadapi setiap kota, masing-masing kota memiliki niat dan kebijakan yang kuat untuk keberlanjutan, termasuk mobilitas berkelanjutan. Menciptakan mobilitas yang mulus dan berkelanjutan telah diupayakan oleh Wina dan Jakarta dengan berbagai hasil. Ibu kota baru Indonesia sekarang mencari contoh, pelajaran, teknologi dan pengetahuan tentang kota hutan lestari yang harus dikembangkan dan dipelihara. Untuk itu, dalam rangkaian 70 Years of Indonesia – Austria Partnership, diselenggarakan diskusi panel yang berfungsi sebagai sesi berbagi dan belajar, baik dari akademisi maupun praktisi akan meningkatkan pengetahuan, kapasitas, dan kemitraan untuk lebih mengejar praktik transportasi perkotaan yang berkelanjutan.

Diskusi diselenggarakan di Vienna, Austria 3-4 Oktober 2024 mengambil tema Sustainable Urban Mobility: From concept, governance to implementation. Acara dibuka oleh Bapak Damos D Agusman, Duta Besar Republik Indonesia untuk Austria, Slovenia dan Organisasasi Internasional di Vienna, serta Prof. Dr. A Min Tjoa, Chairman of the Austrian National Competence Center for Security Research, Vienna  University of Technology. Sesi 1 diskusi panel mengambil tema Revisiting Sustainable Urban Mobility: a New Approach yang menghadirkan 1) Prof. Hermann Knoflacher, Professor of the Institute of Transportation, Research Center of Transport Planning and Traffic Engineering, Vienna University of Technology, 2) Prof. Guenter Emberger, Head of Researcher Unit, Vienna University of Technology, 3) Prof. Danang Parikesit, Professor of Engineering Economics and Transport Policy dan Peneliti Senior Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral), Universitas Gadjah Mada, serta 4) Prof. Yusak O. Susilo, BMK Endowed Professorship in Digitalisation and Automation in Transport and Mobility System, The Institute for Transport Studies, BOKU University. Moderator dalam diskusi adalah Ir. Ikaputra, M.Eng., Ph.D., Kepala Pustral UGM.

Sesi ini akan menyoroti pentingnya membangun konsep dan kerangka teoritis yang baik untuk mempromosikan mobilitas perkotaan yang berkelanjutan. Para panelis menguraikan situasi mobilitas saat ini di Wina, Jakarta dan kota-kota global lainnya, dan menekankan tantangan keberlanjutan bagi kota-kota tersebut. Beberapa isu diskusi mencakup bagaimana mendefinisikan keberlanjutan dalam hal transportasi dan mobilitas dan metrik umum untuk menunjukkan keberlanjutan dalam hal pergerakan barang dan jasa. Selain itu dibahas pula utama yang dihadapi oleh kota-kota global dalam mempromosikan mobilitas berkelanjutan, serta bagaimana belajar dari kesalahan masa lalu kita, dan bagaimana membangun pengetahuan yang lebih baik dalam keberlanjutan. Selain itu juga dibahas bagaimana teknologi dapat membantu dalam mencapai target keberlanjutan yang ditetapkan oleh komunitas global sambil memenuhi kebutuhan mobilitas lokal.

Isu selanjutnya adalah peran akademisi dalam mengadvokasi mobilitas berkelanjutan, pandangan tentang pendapat bahwa akademisi sering menempatkan diri jauh dari masalah aktual dan terkini, dan tidak cukup melibatkan diri untuk menemukan solusi langsung dan pragmatis untuk mobilitas perkotaan. Isu terakhir adalah bagaimana mendorong pemerintah dan swasta untuk meningkatkan kapasitas mereka untuk mengelola pergerakan barang dan jasa di daerah perkotaan, serta apa yang diperlukan agar mereka berbuat lebih baik dalam upaya untuk meningkatkan mobilitas di kota. (DAK)

Leave A Comment

Your email address will not be published.

*