Kebutuhan akan infrastruktur, khususnya infrastruktur linier seperti jalan raya, semakin meningkat secara masif untuk membangun konektivitas antar wilayah. Hal ini diharapkan dapat mempercepat peningkatan kualitas pelayanan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Secara global, pembangunan infrastruktur, khususnya jalan raya, akan terus menjadi perhatian utama karena perannya yang vital dalam mendukung pembangunan daerah (Dulac, 2013).
Namun potensi dampak negatif yang ditimbulkan oleh pembangunan infrastruktur linier perlu diantisipasi. Beberapa dampak tersebut antara lain hilangnya keanekaragaman hayati, fragmentasi habitat, dan peningkatan risiko kepunahan spesies (FIDIC et al., 2023). Di Indonesia, kebutuhan akan konektivitas jalan raya masih sangat besar, terutama di wilayah timur Indonesia yang infrastrukturnya masih terbatas. Namun, konsep pembangunan infrastruktur berkelanjutan bukannya tanpa tantangan. Beberapa kendala yang dihadapi antara lain rendahnya tingkat pemahaman dan kesadaran masyarakat, strategi implementasi yang kurang optimal, dan kurangnya pengakuan dari pemberi dana. Selain itu, terbatasnya penelitian mengenai dampak lingkungan dari infrastruktur linier juga memperlambat penerapannya.
World Wildlife Fund (WWF) sebagai bagian dari konsorsium dengan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) telah terlibat dalam perencanaan pembangunan infrastruktur dalam kerangka Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2045 melalui kerjasama di bidang Program Infrastruktur Berkelanjutan di Asia (SIPA) dengan Bappenas. Kolaborasi ini bertujuan untuk memastikan perencanaan pembangunan khususnya sektor infrastruktur di Indonesia dapat dilaksanakan secara berkelanjutan, mengintegrasikan solusi berbasis alam yang mendukung ketahanan iklim.
RPJPN 2025-2045 sendiri telah disahkan melalui UU No. 59 Tahun 2024 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2025 – 2045, dimana istilah Solusi Berbasis Alam telah digunakan untuk pengendalian bencana dan infrastruktur khususnya terkait dengan sumber daya air. Dengan diakuinya solusi berbasis alam sebagai salah satu solusi sebagai alat untuk mengatasi dampak pembangunan, maka pengarusutamaan konsep ini perlu diperkuat kepada pemangku kepentingan khususnya kalangan akademisi dengan mendorong berbagai penelitian terkait NbS mulai dari konsep, perencanaan, hingga implementasinya.
Sebagai bagian dari rangkaian program Sustainable Infrastructure Programme in Asia (SIPA) yang diinisiasi oleh Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Proyek Infrastruktur Prioritas Nasional Kementerian PPN/Bappenas bersama OECD dan WWF dalam upaya mengarusutamakan pembangunan infrastruktur berkelanjutan yang berketahanan iklim di tingkat nasional pada perencanaan pembangunan jangka panjang dan jangka menengah, mengadakan Seminar “Tren Studi Infrastruktur Solusi Berbasis Alam di Indonesia” yang diselenggarakan pada Selasa, 12 November 2024 di Jakarta.
Tujuan dari kegiatan adalah mendapatkan informasi terkini mengenai penelitian-penelitian terkait implementasi Nature-based Solution (NbS) khususnya yang berkaitan langsung dengan pembangunan infrastruktur jalan; dan mengarusutamakan konsep NbS ke lingkungan universitas untuk meningkatkan jumlah penelitian dan implementasinya.
Keluaran dari kegiatan ini adalah mencapai pemahaman bersama tentang bagaimana tren penelitian dan implementasi NbS, khususnya yang terkait langsung dengan pembangunan infrastruktur jalan di Indonesia; dan ide strategis untuk mengintegrasikan konsep NbS ke dalam kurikulum universitas dan agenda penelitian dengan mengembangkan modul mata kuliah atau penelitian bersama.
Seminar dibuka oleh Sumedi Andono Mulyo selaku Direktur Perencanaan dan Pengembangan Proyek Infrastruktur Prioritas Nasional, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Sesi paparan dibuka oleh Ryan Bartlett, Shail Joshi dari WWF US yang menyampaikan materi Nature-based Solutions for Climate-Resilient Infrastructure Planning in Indonesia: Modelling Results and Recommendations. Selanjutnya paparan Analisis Dampak Jalan Terhadap Jasa Ekosistem, Temuan Perubahan Tutupan Lahan dan Rekomendasi Pengelolaan di Riau, Sumatera Barat, dan Jambi oleh Prof Projo Danoedoro dari Fakultas Geografi UGM.
Pusar Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) Universitas Gadjah Mada pada kesempatan ini menyampaikan materi Aspek Lingkungan yang Berkontribusi dalam Mengatasi Permasalahan Pembangunan Infrastruktur Jalan yang disampaikan oleh Dwi Ardianta Kurniawan, ST, M.Sc selaku peneliti. Materi yang disampaikan menjawab bagaimana aspek lingkungan seperti perlintasan satwa, jasa lingkungan dan solusi berbasis alam dapat berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan terkait pembangunan infrastruktur khususnya infrastruktur jalan.
Sesi terakhir adalah Tren Penelitian dan Kajian Terkait Solusi Berbasis Alam (NbS) dari Universitas Diponegoro dan Pengenalan Isu NbS di Lingkungan Akademisi yang dilanjutkan dengan Respon dan Diskusi Terpandu yang menghadirkan Prof. Dr. Muhammad Baiquni., MA dari Majelis Guru Besar Indonesia, perwakilan Direktorat Lingkungan Hidup, Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Pekerjaan Umum.
Seminar dihadiri oleh sekitar 50 peserta yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, instansi pemerintah, asosiasi, Lembaga Swadaya Masyarakat serta lembaga donor. (DAK/HLT)