Dalam beberapa dekade terakhir, teknologi telah menjadi penggerak utama perubahan di berbagai sektor, termasuk transportasi. Di Indonesia, perkembangan ini menjadi semakin krusial seiring dengan urbanisasi yang cepat, pertumbuhan ekonomi, serta kebutuhan akan mobilitas yang lebih efisien dan berkelanjutan. Dengan proyeksi bahwa Indonesia akan menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2045, ada kebutuhan mendesak untuk mentransformasi sistem transportasi guna mendukung pertumbuhan ini.
Digitalisasi di sektor transportasi tidak hanya mengubah cara kita berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tetapi juga memengaruhi seluruh ekosistem mobilitas. Teknologi seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), big data, dan kendaraan otonom kini mulai diterapkan untuk menciptakan sistem transportasi yang lebih cerdas, aman, dan terintegrasi. Di Indonesia, inisiatif seperti pengembangan kota pintar (smart city) dan implementasi e-government menjadi fondasi penting dalam mewujudkan transportasi digital.
Tahun 2045 adalah tonggak sejarah penting bagi Indonesia, yang akan merayakan 100 tahun kemerdekaannya. Untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045, diperlukan infrastruktur transportasi yang mampu mendukung mobilitas yang efisien, inklusif, dan ramah lingkungan. Transformasi digital di sektor transportasi memainkan peran kunci dalam mencapai visi ini, dengan fokus pada peningkatan aksesibilitas, efisiensi energi, dan pengurangan emisi karbon.
Smart mobility atau mobilitas cerdas menjadi salah satu pilar utama dalam upaya ini. Konsep ini mencakup penggunaan teknologi untuk mengoptimalkan penggunaan moda transportasi, mengurangi kemacetan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Di Indonesia, implementasi smart mobility harus disesuaikan dengan kondisi geografis, sosial, dan ekonomi yang unik, sehingga mampu memberikan manfaat optimal bagi seluruh lapisan masyarakat.
Transformasi digital di sektor transportasi bukanlah tugas yang mudah dengan berbagai tantangan, mulai dari infrastruktur, regulasi, hingga kesiapan sumber daya manusia. Di sisi lain, peran teknologi tidak dapat dipungkiri dalam membentuk sistem transportasi masa depan. Demikian disampaikan oleh Ir, Ikaputra, M.Eng, Ph.D, Kepala Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM ketika membuka Webinar Transportasi Digital dan Era Baru Mobilitas: Menyongsong Indonesia 2045. Webinar diselenggarakan Rabu, 28 Agustus 2024, dengan pembicara William Sabandar, Ph.D, President Intelligent Transport System (ITS) Indonesia.
Webinar bertujuan untuk mengeksplorasi tantangan-tantangan transformasi digital di sektor transportasi dan menemukan solusi-solusi inovatif yang dapat diterapkan untuk mendorong digitalisasi transportasi di Indonesia. Webinar juga diharapkan mendiskusikan bagaimana teknologi dapat membantu mewujudkan transportasi yang tidak hanya cepat dan efisien, tetapi juga aman dan ramah lingkungan, sejalan dengan visi Indonesia 2045.
Dalam paparannya, Sabandar menyampaikan bahwa transportasi digital adalah integrasi teknologi dan solusi digital ke dalam sistem transportasi untuk meningkatkan efisiensi, keamanan, dan kenyamanan dalam pergerakan orang dan barang. Teknologi Informasi dan Komunikasi (Information and Communication Technology/ICT) telah secara signifikan mengubah cara sistem transportasi dipandang dan digunakan, serta bagaimana mobilitas dilakukan, dengan dampak yang luas terhadap pilihan moda transportasi dan permintaan.
Intelligent Transport Systems (ITS) adalah sistem di mana teknologi informasi dan komunikasi diterapkan di bidang transportasi jalan, termasuk infrastruktur, kendaraan dan pengguna, serta dalam manajemen lalu lintas dan manajemen mobilitas, serta untuk antarmuka dengan moda transportasi lainnya. ITS dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan transportasi dalam banyak situasi, yaitu transportasi jalan, manajemen lalu lintas, mobilitas, dan lain-lain. Beberapa komponen kunci dari ITS meliputi Traffic Management, Public Transport, Vehicle-to-Vehicle (V2V) and Vehicle-to Infrastructure (V2I) Communication, Safety Systems, Navigation and Travel Information, Freight and Logistics, Connected and Autonomous Vehicles, Smart Parking, dan Integrated Transport Systems.
Beberapa contoh sukses dari penerapan ITS disampaikan oleh Sabandar, khususnya di Jakarta, misalnya dengan penerapan Sistem dan Mananjemen Transportasi Umum Terintegrasi. Secara detail, hal itu mencakup Traffic Big Data Platform: Decision Support System, Intelligent Traffic Control System (ITCS), Digitalisasi Pembayaran Angkutan Umum, Sistem Integrasi Pembayaran Parkir dan Angkutan Umum, dan Pengembangan Inisiatif Ekosistem Electric Vehicle. Ke depan, rencana penerapan ITS diantaranya berupa Electronic Traffic Law Enforcement, Electronic Road Pricing, Adaptive Traffic Control System, IoT Bus System dan Multi Lane Free Flow. ITS juga menjadi program yang diimplementasikan di Ibu Kota Nusantara (IKN). Secara garis besar terdapat 8 tipe ITS yang akan diterapkan di IKN baik pada jalan perkotaan maupun antarkota. Namun demikian, saat ini belum ada pihak swasta yang berminat mengajukan kontribusi pembangunan ITS.
Sabandar juga menyampaikan bahwa teknologi berkembang semakin cepat dan membawa perubahan pada semua bidang pembangunan dan kehidupan masyarakat. Beberapa tren teknologi ke depan diantaranya teknologi digital serta teknologi yang mengurangi keterbatasan fisik dan jarak (IoT, transportasi dan distribusi) yang sangat relevan dengan pengembangan ITS untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.
Webinar dihadiri oleh 770 peserta yang dengan antusias mengajukan pertanyaan dan diskusi dengan dipandu oleh Kayyisa Fitri, S.Ars, M.T, Peneliti Pustral UGM. (DAK)