WEBINAR DALAM RANGKA HARI ULANG TAHUN PUSTRAL KE-23: TRANSPORTASI HIJAU, DEKARBONISASI DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: KENYATAAN, HARAPAN DAN TANTANGAN

Salah satu langkah krusial dalam mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan menghadapi perubahan iklim adalah Dekarbonisasi sektor transportasi. Sektor transportasi adalah penyebab utama polusi udara dan gas rumah kaca di Indonesia dan banyak negara lain. Sektor transportasi menghasilkan sekitar 25% emisi GRK di Indonesia, dan transportasi darat, seperti kendaraan bermotor, menyumbang 90% dari emisi tersebut.  Target zero emition di tahun 2050 berdasarkan Perjanjian Paris nampaknya akan sangat sulit dicapai tanpa melalui upaya dekarbonisasi salah satunya pada sektor transportasi yang menyumbang cukup banyak emisi di Indonesia. Kontribusi seluruh stakeholders baik pemerintah, industri, maupun masyarakat sangat dibutuhkan agar tercipta upaya yang komprehensif dalam mencapai terwujudnya zero emition. 

Permasalahan utama yang dihadapi dalam upaya dekarbonisasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih belum dapat berjalan dengan maksimal dikarekan oleh beberapa hal seperti ketergantungan pada Bahan Bakar Fosil; pertumbuhan Kendaraan Bermotor; kurangnya Infrastruktur Transportasi Umum; keterbatasan Energi Terbarukan; Regulasi dan Kebijakan; efisiensi Energi; dan dampak Ekonomi. Sebagai salah satu bentuk dan upaya dari Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM dilakukan dalam bentuk kegiatan webinar dengan judul “Transportasi Hijau, Dekarbonisasi dan Pembangunan Berkelanjutan: Kenyataan, Harapan dan Tantangan”.  

Webinar ini dibuka oleh Kepala PUSTRAL UGM Ir. Ikaputra, M.Eng., Ph.D. Dalam pembukaan Ikaputra menyampaikan bahwa terdapat banyak tantangan dalam upaya dekarbonisasi namun perlu kita carikan solusi dalam menghadapinya seperti biaya awal yang tinggi, infrastruktur yang kurang memadai, kualitas bahan bakar, dan juga kesadaran masyarakat. Ikaputra berharap, webinar ini menjadi media diskusi para stakeholders mengenai bagaimana mengatasi permasalahan tersebut. Transportasi Hijau, Dekarbonisasi dan Pembangunan Berkelanjutan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat, sektor swasta, dan lembaga pendidikan. Dengan kerjasama yang baik, kita dapat mencapai transportasi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan di Indonesia. 

Pandu Yunianto, ATD., M.Eng. Sc., Kepala Pusat Pengelolaan Transportasi Berkelanjutan (PPTB) Kementerian Perhubungan sebagai pemateri pertama menyampaikan beberapa isu strategis terkait sektor transportasi di Indonesia. Pandu menyampaikan bahwa kurang dari 1% penggunaan gas dan listrik di sektor transportasi sedangkan sebagian besar masih menggunakan bahan bakar fosil. Data lainnya menyebutkan bahwa 91% emisi GRK berasal dari sektor transportasi darat, dan juga Indonesia merupakan negara dengan polusi tertingi di kawasan Asia Tenggara. Sedangkan terkait dengan modal share, data yang ada menunjukan masih rendahnya minat masyarakat di Indonesia untuk menggunakan angkutan umum. Kebijakan yang sudah dijalankan untuk mendukung dekarbonisasi sektor transportasi sudah diilakukan namun terdapat beberapa tantangan dan hambatan. Tantangan tersebut terkait dengan penggunaan energi alternatif seperti gas dan listrik yang masih membutuhkan dukungan dari banyak stakeholders seperti belum adanya roadmap pengembangan teknologi mobil listrik (electric vehicle) untuk menggantikan mobil berbahan bakar fosil; Peningkatan jumlah SPLU; mendorong Renewable Portfolio Standards (RPS) yang merupakan konsep kebijakan yang mendorong pemanfaatan energi terbarukan dengan mewajibkan produsen listrik fosil untuk memproduksi listrik dari sumber energi terbarukan dalam jumlah tertentu. Selanjutnya juga terkait dengan Infrastruktur pasokan gas yang masih terbatas pada moda kendaraan bermotor, kereta api dan kapal. Selain itu perlu didorong pemanfaatan pipa untuk distribusi pasokan gas yang lebih murah, aman, dan ramah lingkungan. 

Pemateri yang kedua Bapak Syaripudin, selaku Wakil Kepala Dinas Perhubungan Daerah Khusus Ibukota Jakarta menyampaikan terkait dengan tantangan praktik pelaksanaan dekarbonisasi transportasi penumpang di DKI Jakarta. Tingginya penggunaan kendaraan bermotor menyebabkan sektor transportasi menjadi sumber utama polusi udara terbesar di Provinsi DKI Jakarta, terutama yang berupa Nitrogen Dioksida (NO2), Karbon Monoksida (CO), PM10, PM2.5, Black Carbon, dan Volatile Organic Compound (VOC). Syaripudin menyampaikan DKI Jakarta telah melakukan inisiatif prioritas penanganan transportasi Jakarta yaitu menata ulang prioritas pengguna jalan yaitu bahwa Pejalan kaki dan pesepeda mengurangi kebisingan, dan polusi udara sesuai sebagai pondasi dalam Rencana Induk Transportasi Jakarta. Beberapa program juga sudah dijalankan terkait dengan prioritas di atas antara lain dengan peningkatan prasarana ransportasi park and ride, peningkatan kawasan low emission zone (LEZ), push strategy dengan insentif dan disinsentif tarif parkir, integrasi pembayaran park and ride dengan angkutan umum massal, dan strategi kebijakan pembatasan pergerakan seperti penerapan sistem ganjil genap dan sebagainya. 

Sebagai pemateri selanjutnya adalah Bapak Sahli selaku Executive Vice President of Corporate Strategic Planning, Monitoring, and Sustainability PT Kereta Api (KAI) Persero. Pada awal paparannya Sahli memberikan gambaran bahwa untuk mengangkut 1.120 orang dibutuhkan 160 mobil pribadi (dengan asumsi per mobil berisi 7 orang), sementara dengan kereta api untuk mengangkut orang yang sama hanya dibutuhkan 1 rangkaian dengan 8 – 14 gerbong. Emisi yang dihasilkan kereta api pada kondisi di atas adalah hanya sebesar 45.920 gr CO2/km, jauh lebih kecil dibandingkan apabila menggunakan kendaraan pribadi sekitar 115.360 gr CO2/km. Kalau kita lihat besaran jumlah emisi per penumpang kereta adalah 41 gr CO2/orang bila dibandingkan menggunakan mobil sebesar 192 gr CO2/orang. Di akhir paparan Sahli menyampaikan bahwa saat ini moda kereta api menghasilkan emisi paling rendah namun mayoritas angkutannya adalah untuk batu bara. Tantangan yang dihadapi angkutan barang KA antara lain 1) penerapan regulasi Over Dimension Over Load (ODOL): regulasi terhadap angkutan ODOL telah ada, namun penerapannya di lapangan masih belum maksimal sehingga ODOL menjadi salah satu penyebab terjadinya kerusakan jalan raya; 2) regulasi TAC (Track Access Charge) – IMO (Infrastructure Maintenance and Operation): penerapan formulasi TAC  serta pembebanan biaya IMO atas aset BUMN memengaruhi struktur biaya angkutan KA Barang cukup signifikan; 3) konektivitas rel ke pelabuhan dan kawasan industri: konektivitas jalur KA Barang dengan infrastruktur logistik lain (pelabuhan dan kawasan industri) belum optimal sehingga membatasi aksesibilitas terhadap moda KA barang 

Prof. Ir. Tumiran, M.Eng., Ph.D., IPU., selaku Tim Ahli Pustral UGM, Guru Besar Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik UGM dalam pemaparannya menyampaikan bahwa peran sektor transportasi dalam mendukung transisi energi dapat dilakukan dengan berbagai strategi. Strategi-strategi tersebut diantaranya elektrifikasi, layanan transportasi umum, efisiensi energi, kebijakan dan regulasi, inovasi teknologi, perubahan perilaku kondumen, serta integrasi dengan sistem energi yang lebih luas. Sebagai penutup beliau menyampaikan bahwa transisi di sektor transportasi harus mampu berkontribusi menggerakkan ekonomi baru berbasis green dari hulu sampai hilir yang menggerakkan industri produktif dengan dukungan tenaga kerja produktif berbasis knowledge dan skill.  

Narasumber berikutnya adalah Ir. Priyatno Bambang Hernowo, S.T., M.M, MPU, IPU, ASEAN.Eng. selaku Direktur Utama PT Anindya Mitra Internasional (AMI) menyampaikan bahwa jumlah emisi karbon untuk mengangkut 40 orang dengan jarak 100 km menggunakan bus memiliki jumlah emisi yang lebih rendah. Apabila menggunakan kendaraan pribadi tentu membutuhkan moda yang lebih banyak dan tentu nanti emisi yang dihasilkan akan semakin banyak pula. Di akhir paparan beliau menyampaikan bahwa Trans Jogja merupakan bentuk keberpihakan pemerintah dalam upaya mendukung dekarbonisasi.  

Webinar ini diikuti dengan antusias oleh peserta yang berasal dari pemerintah pusat dan daerah, BUMN, praktisi, akademisi, dan masyarakat umum. Para peserta terlibat aktif dalam diskusi yang dipandu moderator Sa’duddin, S.Si., M.B.A., M.Sc dari Pustral UGM. Acara diselenggarakan secara daring melalui aplikasi Zoom dan kanal YouTube streaming Pustral UGM pada hari Rabu, 31 Juli 2024 pukul 09.00– 12.30 WIB diikuti oleh sekitar 633 peserta melalui Zoom dan YouTube. (HLT/DAK/SDD)  

Leave A Comment

Your email address will not be published.

*