Pustral UGM Menyelenggarakan Webinar: “Transisi Menuju Circular Economy: Isu dan Tantangan dalam Merancang Ulang Supply Chain Tradisional Menjadi Circular Supply Chain”
Supply chain atau rantai pasok merupakan jaringan antara perusahaan dan pemasoknya untuk memproduksi dan mendistribusikan produk tertentu kepada pembeli akhir. Kegiatan supply chain perlu dijalankan secara efektif dan efisien, khususnya bagi perusahaan manufaktur melalui aliran barang, uang, dan informasi. Lebih dari itu, supply chain juga dapat berperan dalam mendukung kelestarian alam dan ekosistemnya melalui desain ulang supply chain dengan model circular economy. Circular economy merupakan model industri baru yang berfokus pada reducing, reusing, dan recycling yang mengarah pada pengurangan konsumsi sumber daya primer dan produksi limbah.
Martono (2020) mengutip penelitian Gartner (2020) menunjukkan bahwa dalam 18 bulan ke depan, diperkirakan 70% pelaku usaha terbesar dari supply chain merencanakan investasi pada isu circular economy. Hingga tahun 2020, baru 12% perusahaan saja yang sudah mengintegrasikan circular economy dalam strategi digital supply chain mereka. Konsep circular economy bukanlah hal baru, ini merupakan pengembangan dan kombinasi dari strategi return dalam supply chain dengan konsep green logistics. Kombinasi ini berusaha untuk selama mungkin menjaga material/produk berada di dalam jaringan supply chain dengan pemanfaatan yang efektif dan efisien.
Konsep mengenai circular economy relatif belum banyak dikenal oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM menginisiasi webinar dengan topik “Transisi Menuju Circular Economy: Isu dan Tantangan dalam Merancang Ulang Supply Chain Tradisional Menjadi Circular Supply Chain”. Tema webinar kali ini sangat relevan dengan Hari Bumi yang diperingati beberapa waktu yang lalu, demikian disampaikan oleh Ir. Ikaputra, M. Eng.,Ph. D selaku Kepala Pusat Studi Transportasi dan Logistik (PUSTRAL) UGM dalam sambutan pembukaan webinar.
Ir. Bertha Maya Sopha, S.T., M.Sc., Ph.D., IPU, ASEAN Eng. selaku narasumber menyampaikan satu pertanyaan: “Mengapa circular economy, bukan ekonomi linear?”. Ekonomi circular diawali oleh bentuk kepedulian berbagai negara termasuk Indonesia yang cukup merasakan bahwa pemabakaran bahan bakar fosil berdampak langsung pada iklim. Hal tersebut jika dibiarkan secara terus menerus akan sangat membahayakan alam dan kehidupan selanjutnya. Paris Climate Agreement (2015) menyepakati untuk dapat membatasi pemanasan global hingga di bawah 2⁰C.
Circular economy memberikan konsep pada bagaimana valuable resource yag shamoir semuanya berasal dari alam dalam circular flow akan kembali ke alam tidak sepenuhnya akan berupa sampah atau polusi. Melainkan dapat digunakan kembali menjadi sesuatu yang bernilai dan berdaya guna tanpa harus mengambil sumber daya lainnya dari alam. Beberapa konsep dalam circular economy adalah tidak hanya berfokus pada produk, namun pada industri dan masyarakat, Menggunakan sumber daya selama mungkin, mengekstrak value maksimal saat digunakan, Memulihkan dan membuat ulang produk dan material di akhir penggunaan, dan pendekatan regeneratif yang memungkinkan bisnis, masyarakat, dan lingkungan hidup berdampingan dan menghilangkan pemborosan dan penggunaan sumber daya yang tidak terbarukan. Sedangkan manfaat lainnya circular economy adalah terkait dengan ketergantungan, efisiensi biaya bahan baku, dampak negatif terhadap lingkungan, peningkatan resiliensi dan keuntungan ekonomi, lingkungan, dan sosial.
Pada akhir sesi pemaparan, Bertha yang merupakan Tim Ahli Pustral UGM dan pengajar pada Departemen Teknik Mesin dan Industri FT UGM menyampaikan bahwa terdapat beberapa faktor yang berpengaruh agar transisi menuju circular economy akan berhasil yaitu: teknologi dan infrastruktur (teknologui daur ulang, terkait assembly, dan sebagainya), operasi dan pengelolaan supply chain (tingkat pengembalian rendah, ketidakpastian pasokan, dan sebagainya), ekonomi seperti biaya ekonomi, insentif, resiko investasi, dan sebagainya), kebijakan dan regulasi (pengaturan dan terkaiot standarisasi), dan sosial masyarakat (kesadaran masyarakat, partisipasi lokal, dan sebagainya). Selain itu terdapat beberapa strategi dalam masa transisi menuju circular economy yaitu: Retain Product Ownership (RTO), Product Life Extension (PLE), dan Design for Recycling (DFR). Penerapan strategi tersebut bisa disesuaikan maupun dikombinasikan untuk dapat disesuaikan dengan kondisi dari wilayah masing-masing. Misalnya terkait dengan keterbatasan aksesbilitas dapat menggunakan strategi produk yang memiliki karakteristik masa pakai yang lama. Selain itu dapat menggunakan kombinasi misalnya perpaduan anatar PLE dan RPO atau PLE dan DFR dan sebagainya.
Dalam kesempatan ini Bertha juga menyampaikan sedikit terkait dengan kesiapan dalam penerapan circular economy terkait dengan mobil listrik dimanan terdapat komponen baterai mobil listrik. Seperti kita ketahui, sektor transportasi menyumbang sekitar 23% dari emisi gas rumah kaca (GRK) global, 70% di antaranya disebabkan oleh transportasi jalan. Kendaraan listrik (EV) tampaknya menjadi pilihan dan diperkirakan akan mencapai 130 juta pada tahun 2030. Baterai kendaraan listrik telah menjadi aspek penting untuk dipertimbangkan karena kandungan daya sisa dan bahan langka seperti lithium, kobalt, dan nikel. Hal ini harus dipikirkan bersama oleh stakeholders terkait termasuk masyarakat, produsen, regulator, termasuk juga pendaur ulang.
Webinar disambut antusias oleh peserta yang meliputi pemerintah pusat dan daerah, akademisi, dan juga masyarakat umum. Para peserta terlibat aktif dalam diskusi yang dipandu moderator Ir. Hendra Edi Gunawan, ST., M. Sc., peneliti dari Pustral UGM. Acara diselenggarakan secara daring melalui aplikasi zoom dan juga melalui kanal Youtube streaming Pustral UGM pada hari Rabu, 29 Juni 2022 pukul 09.00 – 11.00 WIB diikuti oleh lebih dari 300 peserta. (HLT/SDD)