Masukkan kata kunci
Table of Contents

PUSTRAL UGM Menyelenggarakan Webinar “Manajemen Logistik Terpadu di Negara Kepulauan: Isu, Permasalahan dan Solusi Pemecahannya”

Manajemen Logistik Terpadu merupakan suatu kegiatan manajemen logistik yang meliputi bidang operasi logistik dan bidang koordinasi logistik. Bidang Operasi Logistik, merupakan kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik seperti pengangkutan produk kepada langganan. Bidang Koordinasi Logistik, menyangkut pada kegiatan-kegiatan komunikasi dan perencanaan. Bidang ini meliputi identifikasi kebutuhan pergerakan dan penetapan rencana untuk memadukan seluruh operasi logistik, antara lain: peramalan, pengolahan pesanan, perencanaan operasi, serta perencanaan kebutuhan material.

Dalam lingkup makro, manajemen logistik terpadu perlu diterapkan secara baik di Negara Indonesia. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah lebih dari 17.000 pulau, sehingga memiliki tantangan tersendiri dalam manajemen logistik. Manajemen logistik yang terpadu sangat diperlukan, sehingga layanan ke masyarakat sebagai pengguna menjadi lebih baik untuk meminimalkan biaya logistik.

Permasalahan tersebut mendorong Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM menginisiasi webinar dengan topik “Manajemen Logistik Terpadu di Negara Kepulauan: Isu, Permasalahan dan Solusi Pemecahannya”. Webinar ini diharapkan dapat menjadi media diskusi berbagai stakeholder untuk memberikan masukan kebijakan manajemen logistik di negara kepulauan sehingga sistem logistik dapat berjalan dengan optimal.

Wakhid Slamet Ciptono, M.B.A., M.P.M., Ph.D selaku narasumber menyampaikan bahwa saat ini dunia berada pada masa VUCA (Volality, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) yang penuh ketidakpastian. Untuk itu dibutuhkan upaya-upaya yang tepat sebagai proteksi dalam menghadapi ketidakpastian tersebut.  Salah satu yang perlu dilakukan adalah perwujudan good dynamics goverment sebagai upaya mewujudkan manajemen logistik terpadu.

Saat ini terdapat beberapa isu dan permasalahan logistik nasional yang perlu dicari solusinya. Wahid menyebutkan beberapa isu tersebut adalah belum seimbangnya supply-demand barang, belum seimbangnya perdagangan barang wilayah Barat – Timur Indonesia dan antara daerah yang sudah berkembang dengan daerah 3TP, belum optimalnya kinerja infrastruktur pendukung aktivitas logistik (konektivitas logistik), serta koordinasi antarpelaku logistik yang belum berjalan efektif. Hal tersebut berdampak sistem logistik nasional saat ini yang kurang efektif dan efisien yang berdampak pada sektor lainnya.

Kinerja logistik nasional dapat dilihat pada skor Logistic Performance Index (LPI). Skor LPI Indonesia dari tahun ke tahun (2010-2018) berfluktuatif namun cenderung terus meningkat. Skor LPI Indonesia secara rata-rata masih di bawah target sasaran Sistem Logistik Nasional (Sislognas) sebesar 3,5. Hal tersebut perlu menjadi perhatian semua pihak untuk terus berupaya melakukan perbaikan kinerja logistik nasional.

Selanjutnya Wahid yang merupakan tim ahli Pustral UGM dan pengajar pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM menyampaikan bahwa ketidakseimbangan perdagangan wilayah Barat dan wilayah Timur Indonesia juga menjadi penyebab ketimpangan kinerja rantai pasok dan logistik. Wilayah Timur Indonesia hanya menyumbang sekitar 15% – 20% total volume barang. Beberapa program pemerintah seperti tol laut belum mampu mengatasi masalah ketimpangan tersebut. Dalam upaya menciptakan biaya logistik yang lebih efisien, manajemen logistik terpadu merupakan strategi yang efektif dalam upaya menurunkan biaya logistik.

Saat ini regulasi yang dimiliki Indonesia berupa Sislognas sudah sangat baik. Namun perlu adanya pembaruan terkait aspek teknologi untuk mengakomodasi kondisi global yang terus berkembang. Dalam Sislognas terdapat 7 key driver yang menjadi faktor kunci dalam upaya memperbaiki sistem logistik nasional. Wahid menyampaikan bahwa untuk mewujudkan Manajemen Logistik yang terpadu dibutuhkan koordinasi tidak hanya di level pemerintah dalam hal regulasi, namun juga aspek operasional dalam implementasi di lapangan.

Pada akhir paparan, Wahid menegaskan bahwa untuk mengubah manajemen logistik menuju manajemen logistik yang terpadu dibutuhkan integrasi pada level mikro yang meliputi Operational Excellence; level messo yang terkait dengan Business Process Development; level makro dalam bentuk Good and Dynamic Governance; serta level mundo yang menyangkut Global Ecosystem Coordinating & Networking for Sustaining Global Operations and Innovation.

Webinar ini disambut dengan antusias oleh peserta yang berasal dari instansi pusat dan daerah, serta akademisi. Para peserta terlibat aktif dalam diskusi yang dipandu moderator Dwi Ardianta Kurniawan, ST., M. Sc. dari Pustral UGM. Acara diselenggarakan secara daring melalui aplikasi zoom dan kanal Youtube streaming Pustral UGM pada hari Rabu, 25 Mei 2022 pukul 09.00 – 11.00 WIB. Webinar dibuka oleh Prof. Bambang Agus Kironoto selaku Caretaker Pustral UGM, diikuti oleh sekitar 120 peserta. (HLT)