Masukkan kata kunci
Table of Contents

Pustral UGM Mengadakan Pelatihan dan Sesi Diskusi bertema Port Planning and Management Bekerjasama dengan Senior Experten Services (SES) Jerman

Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM bekerjasama dengan Tim Peningkatan Reputasi UGM menuju World Class University(WCU UGM) mengadakan pelatihan dan sesi diskusi bertema Port Planning and Management.Program ini dijalankan dengan mitra Senior Experten Services(SES) dari Jermandengan narasumber Mr. Franz Horberg, yang memiliki pengalaman lebih dari 40 tahun sebagai Master Mariner / Transport Economist. Program dijalankan selama periode 1 – 18 Oktober 2019, bertempat di Pustral UGM dengan tujuan peningkatan kapasitas peneliti Pustral maupun berbagai pihak yang berminat pada perencanaan dan manajemen pelabuhan.

Dalam rangkaian kegiatan tersebut, dilakukan diskusi awal pada tanggal 2 Oktober 2019 bertema Lesson Learned Port Development in Indonesia, dengan narasumber Prof. Nur Yuwono, Prof. Bambang TriatmodjodanProf. Radianta Triatmaja, ketiganya pengajar pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan(DTSL)FT UGM, dengan moderator Hengki Purwoto, M.A dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM sekaligus peneliti Pustral. Dalam diskusi tersebut, dipaparkan berbagai permasalahan terkait dengan sedimentasi pelabuhan, kerusakan fasilitas pelabuhan seperti jettyserta perencanaanpemecah gelombang. Peserta diskusi meliputi pengajar dan mahasiswa S2 dari Teknik Industri Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta;Manajemen Logistik dan Rantai Pasok, Teknologi Industri Pertanian, FTP UGM; Magister Sistem dan Teknik Transportasi (MSTT) DSTL FT UGM, serta Sekolah Vokasi UGM. Selain itu, turut berpartisipasi staf dari Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai, BPPT Yogyakarta dan peneliti Pustral UGM.
Terkait dengan erosi dan sedimentasi di pelabuhan, Prof. Nur Yuwono menyampaikan beberapa kasus di Indonesia, misalnya di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu yang dibangun tahun 1982. Kolam pelabuhan Pelabuhan tersebut mengalami sedimentasi parah sebesar 600.000 m3per tahun dan saat ini tidak dapat dipergunakan lagi. Pelabuhan ikan Tanjung Adikarto di Kulonprogo, DIY juga mengalami sedimentasi parah, dengan yang sedimentasi sebesar 731.000 m3 per tahun dari arah barat dan 1.024.300 m3per tahun dari arah timur. Prof. Nur menyampaikan beberapa kesimpulan, diantaranya 1) Pengembangan pelabuhan di daerah pantai yang memiliki laju transpor sedimen pantai yang jauh, harus sangat hati-hati. 2) Tidak ada data gelombang yang memadai di Indonesia, terutama untuk data jangka panjang. Kondisi ini akan menyebabkan ketidakakuratan dalam memprediksi iklim gelombang (atau gelombang naik) dan ini mungkin mengakibatkan tidak akuratnya perubahan garis pantai prediksi atau penilaian erosi dan sedimentasi; 3) “Sand by passing method” untuk mengatasi sedimentasi dan erosi dari struktur pantai seperti pemecah gelombang belum diterima di Indonesia, karena biaya pengoperasian dan pemeliharaan yang relatif mahal; 4) Tidak ada peraturan (di Indonesia) untuk mendukung metode “sand by passing”, beberapa peraturan justru melemahkan metode ini.

Prof. Bambang Triatmodjo menyampaikan assesmen kondisi jetty suatu pembangkit listrik tenaga uap yang mengalami degradasi. Karena faktor usia dan berada dalam lingkungan yang korosif, beberapa bagian dari bangunan jetty bisa mengalami kerusakan. Degradasi terjadi pada beton dan tiang pancang baja seperti korosi tiang pancang, beton penutup tiang baja (pile jacket) yang keropos, retakan dan terkelupasnya beton lantai dan balok dermaga, dan kondisi fender. Langkah-langkah yang dilakukan dalam assesmen adalah 1) visual inspection (dari atas deck dan bawah jetty dengan perahu), 2) pemetaan dan pemeriksaan visual beton pelindung tiang pancang yang keropos dan korosi pada tiang fender, 3) pemetaan dan pemeriksaan visual tingkat kerusakan plat lantai jetty, tiang pancang, balok-balok beton bertulang, dan 4) metode perbaikan dan perkiraan biaya.

Prof. Radianta Triatmaja menyampaikan beberapa pengalaman mengenai desain pemecah gelombang, dengan kesimpulan: 1) Pemecah gelombang sangat mahal, desainnya memengaruhi dalam hal kapasitas layanan, efisiensi, serta biaya operasi dan pemeliharaanpelabuhan; 2) Keberadaan pemecah gelombang dalam perencanaan pelabuhan harus dipertimbangkan secara serius untuk mengoptimalkan biaya pengelolaan pelabuhan; serta 3) Untuk berfungsi optimal, diperlukan desain, konstruksi, dan pemeliharaan pemecah gelombang yang tepat.

Dalam sesi-sesi selanjutnya, dengan narasumber Mr. Franz Horbergakan didiskusikanberbagai materi terkait port planning and management, yang mencakup:analisis permintaan pelabuhan, perencanaan fasilitas, kebutuhan investasi, analisis finansial, perencanaan bisnis dan strategi, optimasi operasi, serta pengaturan kelembagaan di pelabuhan.Dalam rangkaian program juga dilakukan kunjungan lapangan ke Pelabuhan Tanjung Emas Semarang untuk mempelajari proses perencanaan dan pengelolaan pelabuhan, serta mengamati kegiatan operasional di pelabuhan. Selain itu, juga dilakukan kunjungan ke Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi VI Semarang (dulu dikenal dengan Semarang Growth Centre dan Polimarin) untuk mempelajari proses pembelajaran sumber daya manusia bidang kemaritiman