Masukkan kata kunci
Table of Contents

Pemilihan Tipe Angkutan Umum Perkotaan di Indonesia: Standard dan Isu-isu Pengembangannya

Pengembangan angkutan massal dipercaya menjadi salah satu solusi strategis dalam menyelesaikan permasalahan transportasi perkotaan seperti kemacetan dan pencemaran udara. Kebutuhan angkutan umum dirasa semakin mendesak seiring dengan peningkatan urbanisasi dan pengguna kendaraan pribadi yang signifikan dari tahun ke tahun. Dapat dibayangkan, jika 1 mobil rata-rata mengangkut dua orang, maka 30 mobil yang ada di jalan raya dapat digantikan hanya dengan 1 angkutan umum saja.

Di lain sisi, sistem angkutan umum massal yang dapat diimplementasikan secara efektif dan efisien tidak hanya dapat menyelesaikan permasalahan transportasi tetapi juga dapat mendorong peningkatan ekonomi daerah. Ilustrasi penting yaitu dengan berkurangnya kemacetan di suatu kota, maka waktu efektif kerja kota tersebut akan meningkat dan hal tersebut akan mempengaruhi peningkatan produktifitas dan perputaran ekonomi daerah tersebut. Selain itu pada sisi penataan kota, suatu kota akan terlihat lebih indah dan nyaman dengan adanya sistem angkutan umum yang terintegrasi dengan baik dengan tata guna lahan yang ada. Oleh karena itu, tidak salahjika dikatakan suatu perencanaan dan pemilihan sistem transportasi massal yang efektif dan efisien dapat menentukan masa depan suatu kota.

Pemilihan angkutan umum sangat penting dalam menentukan masa depan perkotaan sehingga tipe angkutan umum sangat penting untuk dipahami dalam memilih sistem transportasi yang tepat untuk kawasan perkotaan.  Karakteristik dan struktur perkotaan yang berbeda satu dan lainnya membuat pilihan angkutan umum dapat berbeda antara setiap kota. Secara teoritis pola perjalanan dibentuk dari kebutuhan penduduk untuk melakukan aktivitas dan kepadatan penduduk, kondisi ekonomi, keadaan sosial masyarakat, dan ketersediaan lahan yang berbeda beda membentuk tataran perkotaan yang pada akhirnya akan membentuk pola perjalanan.

Pada tataran praktis pola kepadatan ruang dan jenis tata ruang perkotaan akan menentukan pemilihan angkutan umum. Perkotaan di Indonesia seringkali mengabaikan jenis tata ruang perkotaan dan pada akhirnya meninggalkan penyediaan sarana dan prasarana transportasi. Pada sisi lain pilihan transportasi yang tidak tepat dan kurangnya pengontrolan dan penataan angkutan umum yang ada merupakan masalah transportasi yang terjadi di Kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bogor, Solo, Yogyakarta dan Bandung. Peningkatan jumlah angkutan kota secara besar tanpa adanya integrasi dengan sistem bus yang ada seringkali berperan besar dalam kemacetan yang terjadi pada perkotaan.

Berangkat dari latar belakang tersebut, PUSTRAL-UGM menyelenggarakan seminar bulanan pada hari Kamis, 7 Desember 2017 yang bertempat di ruang seminar PUSTRAL-UGM, Jl. Kemuning, M-3 Sekip, Sleman. Seminar bulanan tersebut membahas tentang papartan hasil pengamatan dan temuan mengenai isu-isu penting dalam pemilihan angkutan umum perkotaan di Indonesia, mendiskusikan berbagai isu penting tersebut bersama stakeholders terkait, dan memberikan usulan solusi bagi berbagai permasalahan yang muncul.

Bahasan tentang angkutan umum perkotaan di Indonesia dipaparkan oleh Dr. M. Zudhy Irawan, selaku dosen Magister Sistem dan Teknik Transportasi (MSTT) UGM. Dalam paparannya Dr. Zudhy meberikan usulan untuk Pemerintah Provinsi DI. Yogyakarta terkait angkutan umum, usulan tersebut diantaranya;

  1. Untuk jangkaPendek, optimalkan Transjogja sebagai system transit (mixed traffic)
    a. Perbaiki rutenya (direct route)
    b. Dikonsep sebagai angkutan umum perkotaan (branding, headway, jarak antar shelter, dll.)
    c. Didukung oleh ITS (priority at intersection, TJ-Way (meminimalkan ketidakpastian))
    d. Pemanfaatan angkudes sebagai feeder tidak akan optimal
    e. Perlunya kebijakan di sektor kompetitornya, seperti pengaturan pergerakan kendaraan pribadi, urban   growth boundary, dll.
  2. Untuk jangka menengah atau panjang, pikirkan dahulu apakah full BRT dapat diterapkan dan menampung demand yang ada saat itu (dibandingkan menerapkan LRT yang high cost)
    a. Jika LRT dikonsep elevated, pertimbangkan dahulu elevated untuk Full BRT
    b. Tram tidak akan optimal jika diterapkan, mengingat konsep think rail use bus
  3. Heavy Rail tidak sesuai untuk perkotaan Yogyakarta

Seminar ini juga diadakan sesi tanya jawab, dimana para peserta yang berasal dari kalangan akademisi, masyarakat umum, dan pemerintah di Prov. DI Yogyakarta dapat bertukar pikiran serta berdiskusi terkait tema dan paparan seminar bulanan kali ini.