Webinar Peluncuran dan Bedah Buku “Logistik Perkotaan di Indonesia”
Logistik perkotaan di masa mendatang diharapkan akan didominasi oleh solusi Connected, Shared, Autonomous dan E-commerce, demikian disampaikan oleh Erwin Raza, Asisten Deputi (Asdep) Pengembangan Sistem Logistik Nasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI dalam Webinar Peluncuran dan Bedah Buku “Logistik Perkotaan di Indonesia” terbitan Gadjah Mada University Press, Jumat, 10 Juli 2010. Connected, artinya logistik perkotaan masa depan lebih terkoneksi antara pemerintah, penyedia infrastruktur transportasi dan logistik, penyedia jasa logistik dan lembaga keuangan. Shared, artinya terdapat kolaborasi antar berbagai pemangku kepentingan (pengecer, konsumen, penyedia layanan) di bawah platform bersama. Autonomous mendorong penggunaan logistik otonom, mulai dari truk semi otonom, robot, sampai ke pesawat otonom (drone) yang memainkan peran integral pada masa depan pengiriman. E-commerce menjadi kontributor penting pekembangan urban logistics. Faktanya, pertumbuhan ritel online meningkat hampir 8% dalam tiga tahun terakhir.
Erwin dalam paparannya juga menyampaikan penataan ekosistem logistik nasional (National Logistics Ecosystem-NLE). NLE adalah ekosistem logistik yang menyelaraskan arus lalu lintas barang dan dokumen internasional sejak kedatangan sarana pengangkut di pelabuhan hingga barang tiba di gudang (hinterland). Sistem tersebut berorientasi kerjasama antar instansi pemerintah dan swasta, melalui pertukaran data, simplifikasi proses, penghapusan repetisi dan duplikasi, serta menggunakan teknologi informasi dan teknologi digital. Sistem tersebut telah diundangkan melalui Inpres nomor 5 tahun 2020 tentang Penataan Ekosistem Logistik Nasional, yang mencakup pengaturan mengenai aspek platform, proses bisnis, tata ruang dan pembayaran. Sistem tersebut mengatur kegiatan logistik dari hulu hingga hilir baik domestik maupun internasional. Erwin juga menyampaikan contoh konsep pengembangan simpul konektivitas dan integrasi ekonomi antar wilayah (super hub) untuk menciptakan ekosistem pertumbuhan ekonomi, yang dilakukan di Ibukota Negara (IKN) baru Kalimantan Timur dan Bali/Nusa Tenggara.
Sebelumnya, sebagai pembahas, Erwin menyampaikan beberapa masukan mengenai buku Logistik Perkotaan di Indonesia. Menurutnya, perlu future vision yang menyajikan seperti apa lanskap/re-design logistik perkotaan modern untuk kota-kota tersebut dalam jangka waktu 25 – 50 tahun atau 100 tahun ke depan, termasuk rancangan infrastruktur, regulasi dan tata ruang, serta desain teknologi digital yang dibutuhkan. Erwin juga mengingatkan bahwa model-model yang diterapkan di negara lain baik untuk dipelajari, namun setiap kota adalah unik dari sisi geografi, sosial dan budaya, sehingga tidak ada solusi yang sama untuk semua permasalahan yang ada (one model fit for all).
Dr. Kuncoro Harto Widodo mewakili tim penulis buku sebelumnya menyampaikan bahwa buku Logistik Perkotaan di Indonesia berisi tentang Konsep Dasar Logistik Perkotaan, Persoalan Umum Logistik Perkotaan di Indonesia, Mapping Tantangan Persoalan dan Persepsi Stakeholder Logistik Perkotaan, serta Sinergi Antar Kota dan Antar Daerah dalam kerangka Sistem Logistik Nasional. Buku tersebut disusun berdasarkan teori dan regulasi di Indonesia dan praktek-praktek yang diterapkan di Indonesia, serta contoh-contoh penerapan di luar negeri. Buku ini terbit akhir tahun 2019, sehingga belum membahas terkait dampak pandemi Covid 19.
Kuncoro, yang merupakan pengajar di Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM serta peneliti Senior Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM menyampaikan bahwa salah satu masalah utama logistik adalah efisiensi terkait dengan pengelolaan jasa logistik, handling, dan sebagainya. Dalam logistik perkotaan permasalahannya lebih kompleks, tidak hanya berfokus pada masalah efisiensi/komersial, namun juga masalah terkait non komersial seperti polusi dan ketidaknyamanan di sebuah kota yang berpotensi menurunkan kualitas hidup. Untuk itu, pembahasan mengenai logistik perkotaan lebih komprehensif dengan mempertimbangkan aspek kesejahteraan dan kualitas hidup secara luas. Lebih jauh, beberapa persoalan umum yang sering dijumpai pada logistik perkotaan adalah area perkotaan yang terbatas, kompetisi pemakaian ruang lalu lintas antara angkutan penumpang dan barang, kemacetan lalu lintas, polusi/emisi udara, masih terbatasnya fasilitas untuk konsolidasi dan dekonsoldasi. Hasil kajian yang dilakukan oleh Pustral UGM pada lima kota di Indonesia (Medan, Jakarta, Yogyakarta, Denpasar dan Makassar) menunjukkan bahwa pengaturan logistik dapat memperbaiki kualitas hidup. Kuncoro mendorong antara satu kota dengan kota lainnya saling bersinergi menyelesaikan persoalan logistik perkotaan.
Yukki Nugrahawan Hanafi, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) & Chairman ASEAN Federation for Forwarder Associations (AFFA), pembahas lainnya dalam webinar ini menyampaikan bahwa urban logistic semakin mendesak untuk dikembangkan. Saat ini pengembangan logistik masih terfokus pada pelabuhan, padahal aspek logistik lebih luas. Sampai saat ini belum ada konsep yang jelas, sehingga harus didorong terus bagaimana mengintegrasikan sistem logistik. Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan adalah mengenai komoditas yang diangkut.
Terkait pandemi, Yukki menyampaikan sebagai peluang bagi pelaku usaha mikro hingga besar karena adanya transformasi sosial, ekonomi dan budaya ke arah baru. Jasa logistik bukan hanya mencakup perpindahan barang, namun juga orang, uang dan jasa, sehingga dapat dikelompokkan berdasarkan bentuk dan skala komoditas yang dikelola serta bentuk transaksinya. Sebagian besar sektor logistik memang terdampak berat akibat Covid, namun terdapat beberapa kegiatan logistik yang masih dapat bertahan bahkan mengalami pertumbuhan positif di masa new dan next normal. Beberapa kegiatan tersebut adalah jasa logistik e-commerce, jasa angkutan barang kiriman (kurir), jasa pergudangan bahan pokok dan barang retail, jasa layanan logistik berkaitan dengan transaksi B to C (Business to Consumer) dan C to C (Consumer to Consumer).
Lebih jauh menurutnya, peluang industri jasa logistik semakin berkembang dengan tumbuhnya kelas menengah di Indonesia (yearly disposable income US$5000 – US$35.000) yang diperkirakan bertambah 59% pada 2030 dibanding 2014. Indonesia juga memiliki pangsa pasar dan pertumbuhan telepon seluler yang terbesar di Asean yang mendorong peluang industri logistik. Pangsa pasar telepon seluler di Indonesia adalah US$1,682 million, dengan pertumbuhan 37% pada periode 2016 – 2020. Sebagai penutup, Yukki menambahkan bahwa paradigma logistik sudah berubah dari economic skill yang berbasis optimization menjadi economic speed yang berbasis disruption.
Pembahas lainnya, Ir. Agus Pambagio, MEA., CPN, selaku Pengamat Kebijakan Publik menyampaikan bahwa kebijakan terkait logistik perkotaan sudah lengkap namun seringkali tidak sinkron sehingga perlu dipersandingkan. Permasalahan pengaturan juga terjadi karena regulator sering membuat Surat Edaran (SE), padahal SE bukan produk hukum. Agus menyampaikan beberapa isu penting terkait logistik perkotaan, diantaranya persoalan loading dan unloading, permasalahan tata ruang, ketidakpastian pengembangan kota independen, sehingga menyulitkan perencanaan transportasi orang dan barang. Selain itu terdapat isu pemahaman di tingkat lapangan yang masih sangat kurang, mahalnya biaya logistik akibat tata ruang yang sulit dikendalikan, serta mata rantai yang tidak jelas sehingga sistem distribusi kota sulit diatur. Pada sepuluh tahun ke depan, logistik masih merupakan persoalan yang rumit, adanya “preman” juga menambah biaya logistik. Pada buku berikutnya, seyogyanya menyandingkan berbagai kebijakan sehingga akan diketahui ketidaksinkronan antar peraturan yang terjadi. Perlu dipahami bahwa peraturan tanpa sanksi akan sulit, sehingga pengaturan akan sia-sia, demikian tandasnya.
Pada pembukaan webinar, Prof. Dr Agus Taufik Mulyono selaku Kepala Pustral UGM menyampaikan bahwa Pustral UGM selalu mendukung pengembangan referensi terkait transportasi dan logistik, salah satunya dalam bentuk penerbitan buku. Prof Taufik juga menyampaikan bahwa acara tersebut diselenggarakan dalam rangkaian Ulang Tahun Pustral UGM ke 19. Webinar yang dihadiri oleh 338 orang tersebut tersebut ditutup dengan tanya jawab. Pada sesi tersebut, selaku moderator, Dr. Imam Muthohar, Pengajar DTSL FT UGM dan Peneliti Pustral UGM merangkum pertanyaan dari peserta yang secara umum mencakup dampak logistik perkotaan pada sebuah kota, bagaimana penggunaan Information Technology (IT) dalam mendukung kinerja logistik, serta dampak pandemi dalam pengembangan logistik perkotaan.