Seminar Bulanan : Penghitungan Emisi dan Serapan Karbon Di Ruas Jalan Utama Kota Yogyakarta
Kota Yogyakarta adalah salah satu kota besar di Pulau Jawa yang merupakan ibukota dan pusat pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Yogyakarta merupakan Kota Pendidikan, Kota Pariwisata yang Berbasis Budaya, dan Kota Pusat Pelayanan Jasa, yang Berwawasan Lingkungan dan Ekonomi Kerakyatan.
Kota Yogyakarta terletak di lembah tiga sungai, yaitu Sungai Winongo, Sungai Code (yang membelah kota dan kebudayaan menjadi dua), dan Sungai Gajahwong. Kota ini terletak pada jarak 600 km arah timur dari Jakarta, 116 km arah selatan dari Semarang, dan 65 km dari Surakarta, pada jalur persimpangan Bandung – Semarang – Surabaya – Pacitan.
Kota Yogyakarta sangat strategis, karena terletak di jalur-jalur utama, yaitu Jalan Lintas Selatan yang menghubungkan Yogyakarta, Bandung, Surakarta, Surabaya, dan kota-kota di selatan Jawa, serta jalur Yogyakarta – Semarang, yang menghubungkan Yogyakarta, Magelang, Semarang, dan kota-kota di lintas tengah Pulau Jawa. Karena itu, angkutan di Yogyakarta cukup memadai untuk memudahkan mobilitas antara kota-kota tersebut. Kota ini mudah dicapai oleh transportasi darat dan udara, sedangkan karena lokasinya yang cukup jauh dari laut (27 – 30 km) menyebabkan tiadanya transportasi air di kota ini.
Seiring dengan kemajuan dan perkembangan kota Yogyakarta, terjadi peningkatan berbagai aktivitas di Kota Yogyakarta. emisi diperkirakan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sehingga berpotensi menyebabkan timbulnya berbagai masalah lingkungan seperti polusi udara, pemanasan global dan perubahan iklim. Maraknya alih fungsi lahan dari tanah dan pepohonan menjadi beton dan bangunan menimbulkan efek pemanasan di areal perkotaan, di mana kawasan perkotaan akan memanas lebih cepat ketimbang kawasan perdesaan yang lebih hijau.
Pernyataan dan paparan tersebut diatas disampaikan oleh Jan Prabowo Harmanto, S.Si., M.Sc., Peneliti Pustral-UGM dalam acara Seminar Bulanan yang bertemakan: Penghitungan Emisi dan Serapan Karbon Di Ruas Jalan Utama Kota Yogyakarta yang bertempat di PUSTRAL-UGM.
Jan Prabowo Harmanto juga mengatakan bahwa, berdasarkan hasil inventarisasi emisi yang dilakukan tahun 2015, telah diidentifikasi sumber emisi potensial di Kota Yogyakarta. Beban emisi total di Kota Yogyakarta sebagian besar berasal dari sumber bergerak, dengan rincian untuk NOx sebesar 79%, SOx sebesar 95%, HC sebesar 96%, PM10 sebesar 50%, CO sebesar 96%, dan CO2 sebesar 67%. Transportasi jalan raya merupakan sumber bergerak yang memberikan kontribusi yang cukup besar dalam menghasilkan beban emisi bila dibandingkan dengan sumber area dan titik (pustral ugm, 2015).
Sementara itu disisi lain, vegetasi memiliki kemampuan untuk menyerap emisi karbon. Vegetasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam upaya meredam kenaikan gas rumah kaca penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim. Vegetasi mampu menyerap karbondioksida yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan yang dilakukan manusia dan makhluk hidup lainnya. Vegetasi bermanfaat memperbaiki kualitas udara melalui proses fotosintesis yang mengubah karbon dioksida (CO2) menjadi oksigen (O2). Vegetasi dapat menghasilkan efek pendinginan, serta penyerapan karbondioksida.