Mengkritisi Keberadaan Jalur Sepeda di Wilayah Perkotaan Yogyakarta
Kepadatan lalu lintas jalan di wilayah perkotaan Yogyakarta sedang mengalami pertumbuhan yang pesat. Penuh sesaknya ruas-ruas jalan utama dengan keberadaan kendaraan bermotor, terutama pada jam-jam padat (pagi dan sore hari), merupakan indikator faktual dari kondisi tersebut yang sesungguhnya telah diprediksi dalam dokumen Tataran Transportasi Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (Dishub DIY – Pustral UGM, 2009). Tingginya volume lalu lintas dari/menuju pusat kota diperkirakan akan terus meningkat seiring berkembangnya intensitas kegiatan dan jumlah penduduk terutama di 2 wilayah kabupaten utama, yaitu Bantul dan Sleman.
Upaya untuk mereduksi laju penggunaan kendaraan bermotor pribadi di wilayah perkotaan Yogyakarta sesungguhnya sudah dilakukan, diantaranya adalah pengembangan angkutan umum massal (TransJogja) dan penyediaan lajur sepeda. Gerakan untuk mengajak masyarakat berangkat kerja dan sekolah menggunakan sepeda bagi yang memiliki jarak perjalanan di bawah 3-5 km pun muncul sekitar tahun 2008, yang dikenal dengan istilah SEGO SEGAWE atau Sepeda Kanggo Sekolah lan Nyambut Gawe (sepeda untuk ke sekolah dan bekerja). Semua upaya yang telah dikembangkan tersebut nampaknya belum cukup mampu meredam laju penggunaan kendaraan bermotor pribadi hingga saat ini.
Problem yang kerap dihadapi para pelaku perjalanan di Yogyakarta adalah konflik penggunaan ruang jalan yang tidak jarang berbuntut pada kejadian kecelakaan. Naasnya, sekitar 60-70% korban atau pelaku tindak kecelakaan lalu lintas di jalan raya adalah masyarakat usia sekolah dengan jenis kendaraan berupa sepeda motor. Tidak mengherankan, karena hampir separuh penggunaan kendaraan di DIY didominasi sepeda motor (47,6%), sementara angkutan kota dan kendaraan tidak bermotor seperti sepeda hanya sekitar 20% (Dishub DIY-Pustral UGM, 2009). Kecenderungan dunia memperlihatkan, kejadian “crash” yang melibatkan pengguna sepeda di jalan raya hingga menyebabkan pelaku/koran meninggal dunia, mengalami peningkatan dikarenakan: (1) tidak terpenuhinya syarat teknis keselamatan ruang gerak sepeda dan (2) konflik antara sepeda dan kendaraan bermotor ketika melakukan manuver. Dari seluruh peristiwa kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban meninggal dunia, sekitar 5% merupakan peristiwa tabrakan (crash) dengan sepeda (KOTI, 2016).
Penyediaan jalur sepeda di wilayah perkotaan Yogyakarta menghadapi tantangan dan tekanan berat. Bagaimana tidak, dengan harapan dapat menarik minat masyarakat untuk berpindah menggunakan sepeda, justru sebaliknya menyurutkan niat bersepeda karena alasan kondisi lalu lintas yang tidak mampu memberikan jaminan kenyamanan dan keselamatan bagi penggunanya. Realita semacam ini harus mendapatkan perhatian yang serius dari banyak pihak untuk mewujudkan upaya menciptakan Yogyakarta nyaman dan aman bagi semuanya. Pemerintah daerah, selaku penyedia fasilitas (prasarana) yang mendapatkan amanah sesuai peraturan perundangan yang berlaku, perlu mencermati apakah desain jalur/lajur sepeda di Yogyakarta sudah mampu memberikan rasa aman, nyaman, dan berkeselamatan bagi penggunanya. Demikian pula para pengguna jalan, apakah perilaku kita dalam berkendaraan dapat memberikan rasa aman bagi pelaku yang lain?
Pengalaman menarik negara-negara maju yang terlebih dahulu dan berhasil mengembangkan jalur sepeda memperlihatkan bahwa, penyediaan prasarana (infrastruktur) berupa lajur sepeda semata tidaklah cukup untuk dapat menarik minat warga masyarakat menggunakan sepeda. Terdapat faktor lain yang tidak kalah pentingnya yang dapat menarik minat dalam bersepeda, yaitu kondisi dan karakteristik bertransportasi di jalan raya. Pengalaman berharga tersebut dapat menjadi modal pembelajaran bagi kita semua untuk mewujudkan keberhasilan pengembangannya ke depan.
Berangkat dari hal tersebut, PUSTRAL-UGM menyelenggarakan seminar bulanan yang bertajuk “Mengkritisi keberadaan jalur sepeda di wilayah perkotaan Yogyakarta”. Seminar bulanan ini diadakan pada 27 Maret 2017 bertempat di PUSTRAL-UGM. Menghadirkan pembicara penggiat Bike2Work Yogyakarta, Danang Samsurizal, ST., dan peneliti PUSTRAL-UGM Joewono Soemardjito, ST., M.Si. Seminar ini mengundang dari beberapa kalangan; akademisi, komunitas, dan pemangku kebijakan. Seminar ini membicarakan isu-isu problematika seputar transportasi sepeda dengan menyajikan data dan fakta dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pembicara juga memaparkan pendekatan teoritis dalam pengembangan fasilitas transportasi sepeda (jalur sepeda) serta mengajak peserta untuk berdiskusi menghasilkan usulan-usulan kepada pemangku kebijakan.